Cari Blog Ini

Jumat, 31 Agustus 2012

Minggu malam tanggal 01 November 2009...


Minggu malam tanggal 1 november 2009, tepatnya sehabis maghrib aku dikejutkan oleh suara handphone yg terus menerus berdering. Semula tak aku pedulikan karena saat itu aku sedang bertugas menjadi panitia lomba di pemkot. Namun diantara puluhan miscalled , terselip 2 sms pendek yang berbunyi : pertama dari temanku “rik, bapakmu kenapa ??” .satunya lagi dari tetanggaku “pulang skrg yahh.. ada musibah dirumah” . sejenak aku lemas, tak dapat berpikir apa-apa. Lalu ku menangiss.. dalam hati aku bertanya “ya ALLAH, kenapa ? apa yang terjadi ? apa ada hubungannya dengan bapakku ??” . tadi subuh tepatnya bapak pergi ke Melak untuk bekerja . “ya ALLAH musibah apa yang telah menimpa bapakku ?? “ aku pun menangis terisak tak tertahan .temanku bertanya : “kenapa km nangis rik??” . “bapakku meninggal ..” dengan polos aku menjawabnya tanpa tau yang sebenarnya. Aku sudah sangat yakin saat itu bahwa ALLAH memang telah mengambil nyawa bapak. Sudah beberapa hari terakhir ini perasaanku selalu tak menentu tentang bapak . Pantas saja sedari siang aku merasa tak enak badan. Kemudian aku pamit melangkahkan motorku menuju rumah dengan ditemani kedua temanku ..

MASYAALLAH.. !!  didepan gang telah berdiri sebuah bendera putih yang berkibar menyambut kedatanganku. Dadaku semakin sesak. Lalu aku meneruskan perjalanan. Didepan rumah banyak orang2 berkerumun. Tak mampu aku berjalan lagi. Tak mampu aku bernafas. Salah seorang dari mereka menggotongku. Aku tak kuat !!. Aku sangat lemah !! . kemudian aku masuk ruang depan, kudapati ibuku yang terbaring diatas sofa dan tak mampu menahan tangisnya walau orang2 disekelilingnya telah meredakan tangisnya. Kudekati ibu, kupeluk beliau, kuciumi beliau, dan ku turut menangis dipeluknya. Aku berusaha tegar dihadapan ibu tapi aku tidak bisa. “ya ALLAH , pedih rasanya hamba melihat ibu tak berdaya seperti ini. Aku sungguh bisa merasakan kepedihannya. Tangisnya menusuk ulu hatiku. Orang2 sekelilingku hanya bisa menahan isak kala tangisku semakin memecah dan ku teriakkan nama orang yang paling aku cintai yaitu “BAPAK” . lalu aku masuk kamar, kutinggalkan ibu karena jujur aku tak kuasa melihat ibu . aku tak kuasa menahan tangisku dihadapan ibu yang terkulai lemas. kulampiaskan tangisku didalam kamar . kerabat, tetangga, dan teman2 pun satu persatu menghiburku. Mereka tak mampu berbuat banyak melihat keadaanku yang sangat terluka itu. Aku masih tak percaya bahwa bapak telah diambil oleh ALLAH saat itu. Berkali-kali aku memencet tombol hape, berusaha menelepon bapak tapi tak ada sahutan. Hape nonaktif. Semakin meledak tangisku. Sahabat, tak pernah aku merasa sesakit ini. Aku teringat ibu, lalu kuredamkan tangisku dan aku menghampiri ibu kembali.


Kupeluk Ibu, kutenangkan ia. Walau tangisnya tak mampu aku hentikan.. aku menahan tangisku, menahan semua kesedihanku.. itulah saat terakhirku melihat Bapak.. sosok seorang Ayah penerang duniaku, penyejuk jiwaku, penentram hatiku.. belum sempat aku membahagiakan dirinya sudah pergi dari hidupku.. ahh Ya Rabb, aku menjadi –yatim- diusiaku yg ke-17 tahun ..

ya Allah.. aku berdo'a untuk dirinya.. terima Ia di sisi-Mu.. muliakanlah Ia.. sampai kapanpun, cintamu tidak pernah hilang Ayah.. aku sangat mencintaimu, terlebih merindukan hadirmu kembali disini.. (robbighfirlii waliiwaliidayya.. warhamhuma kamaa robbayanii shogiroo.. ) amiin :')


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

buku tamu


ShoutMix chat widget

Followers

 

design by indam thanks to salsabeela
original from bontang, indonesia