Minggu malam
tanggal 1 november 2009, tepatnya sehabis maghrib aku dikejutkan oleh suara
handphone yg terus menerus berdering. Semula tak aku pedulikan karena saat itu
aku sedang bertugas menjadi panitia lomba di pemkot. Namun diantara puluhan
miscalled , terselip 2 sms pendek yang berbunyi : pertama dari temanku “rik,
bapakmu kenapa ??” .satunya lagi dari tetanggaku “pulang skrg yahh.. ada
musibah dirumah” . sejenak aku lemas, tak dapat berpikir apa-apa. Lalu ku
menangiss.. dalam hati aku bertanya “ya ALLAH, kenapa ? apa yang terjadi ? apa
ada hubungannya dengan bapakku ??” . tadi subuh tepatnya bapak pergi ke Melak
untuk bekerja . “ya ALLAH musibah apa yang telah menimpa bapakku ?? “ aku pun
menangis terisak tak tertahan .temanku bertanya : “kenapa km nangis rik??” .
“bapakku meninggal ..” dengan polos aku menjawabnya tanpa tau yang sebenarnya.
Aku sudah sangat yakin saat itu bahwa ALLAH memang telah mengambil nyawa bapak.
Sudah beberapa hari terakhir ini perasaanku selalu tak menentu tentang bapak .
Pantas saja sedari siang aku merasa tak enak badan. Kemudian aku pamit
melangkahkan motorku menuju rumah dengan ditemani kedua temanku ..
MASYAALLAH..
!! didepan gang telah berdiri sebuah
bendera putih yang berkibar menyambut kedatanganku. Dadaku semakin sesak. Lalu
aku meneruskan perjalanan. Didepan rumah banyak orang2 berkerumun. Tak mampu
aku berjalan lagi. Tak mampu aku bernafas. Salah seorang dari mereka
menggotongku. Aku tak kuat !!. Aku sangat lemah !! . kemudian aku masuk ruang
depan, kudapati ibuku yang terbaring diatas sofa dan tak mampu menahan
tangisnya walau orang2 disekelilingnya telah meredakan tangisnya. Kudekati ibu,
kupeluk beliau, kuciumi beliau, dan ku turut menangis dipeluknya. Aku berusaha
tegar dihadapan ibu tapi aku tidak bisa. “ya ALLAH , pedih rasanya hamba
melihat ibu tak berdaya seperti ini. Aku sungguh bisa merasakan kepedihannya.
Tangisnya menusuk ulu hatiku. Orang2 sekelilingku hanya bisa menahan isak kala
tangisku semakin memecah dan ku teriakkan nama orang yang paling aku cintai
yaitu “BAPAK” . lalu aku masuk kamar, kutinggalkan ibu karena jujur aku tak
kuasa melihat ibu . aku tak kuasa menahan tangisku dihadapan ibu yang terkulai
lemas. kulampiaskan tangisku didalam kamar . kerabat, tetangga, dan teman2 pun
satu persatu menghiburku. Mereka tak mampu berbuat banyak melihat keadaanku
yang sangat terluka itu. Aku masih tak percaya bahwa bapak telah diambil oleh
ALLAH saat itu. Berkali-kali aku memencet tombol hape, berusaha menelepon bapak
tapi tak ada sahutan. Hape nonaktif. Semakin meledak tangisku. Sahabat, tak
pernah aku merasa sesakit ini. Aku teringat ibu, lalu kuredamkan tangisku dan
aku menghampiri ibu kembali.
Kupeluk Ibu,
kutenangkan ia. Walau tangisnya tak mampu aku hentikan.. aku menahan tangisku,
menahan semua kesedihanku.. itulah saat terakhirku melihat Bapak.. sosok
seorang Ayah penerang duniaku, penyejuk jiwaku, penentram hatiku.. belum sempat
aku membahagiakan dirinya sudah pergi dari hidupku.. ahh Ya Rabb, aku menjadi –yatim-
diusiaku yg ke-17 tahun ..
ya Allah.. aku berdo'a untuk dirinya.. terima Ia di sisi-Mu.. muliakanlah Ia.. sampai kapanpun, cintamu tidak pernah hilang Ayah.. aku sangat mencintaimu, terlebih merindukan hadirmu kembali disini.. (robbighfirlii waliiwaliidayya.. warhamhuma kamaa robbayanii shogiroo.. ) amiin :')